Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi dan Aplikasinya)

  • ISBN : 978- 602-401-212-0
  • Penulis : Zuhri, S.Sos.I., M.Pd.I.
  • Kategori : Agama Islam
  • Ukuran : Unesco
  • Halaman : xxii, 277 Halaman
  • Penerbit : Deepublish
  • Sinopsis :
Buku yang ada di hadapan pembaca sekalian ini awalnya merupakan tesis yang disusun oleh penulis. Setelah melakukan penambahan dan pengembangan dalam beberapa pembahasan yang penulis rasakan kurang, maka jadilah buku ini hadir di tengah-tengah pembaca dengan judul, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi dan Aplikasinya).

Buku ini terdiri dari tujuh bab, yaitu pertama pendahuluan yang berisikan latar belakang dan pembahasan yang berhubungan dengan Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi dan Aplikasinya), bab kedua berisi pembahasan tentang kurikulum, bab ketiga membahas tentang pengembangan kurikulum, bab keempat berisi tentang kurikulum pendidikan Islam, bab kelima membahas tentang pondok pesantren, bab keenam berisi tentang implementasi Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren di Pondok Pesantren Al-Azhaar Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan, bab ketujuh adalah penutup yang berisi kesimpulan.

Pondok Pesantren sebagaimana ditegaskan penulis adalah lembaga khas Indonesia (indigenous). Ia merupakan representasi pendidikan Islam di Indonesia. Belum ada lembaga pendidikan lain melebihi usia dan kesungguhan pesantren bagaikan, al-Fadhlu li al-Mubtadi wa in ahsana al-Muqtadi (keutamaan itu diberikan kepada yang mengawali walaupun yang mengikutinya lebih baik). Namun, sikap terlalu semangat bertahan dengan ortodoksi kelembagaannya seringkali membuat kelembagaan pesantren ditinggalkan dan dianggap out of date (ketinggalan zaman). Terbukti. Akibatnya sebagian wali santri lebih semangat menyekolahkan putra-putri mereka dari pada memondokkannya (untuk tujuan mengaji). Pesantren terkadang dipersepsikan sebagai lembaga agama yang biasa-biasa saja, lamban beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya dan bahkan tidak menjanjikan masa depan alumnusnya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang dirasa kurang peduli terhadap lembaga tersebut. Marjinalisasi pesantren yang sangat lama kemudian memicu lembaga tersebut untuk tetap bertahan dan mengembalikan eksistensinya.

Tidak banyak orang memahami pesantren dan atau sebaliknya mereka tidak mau/enggan akrab dengan apa yang disebut,Pondok Pesantren. Deskripsi yang persis tentang pesantren dengan segala seluk beluknya hampir merupakan hal yang mustahil (impossible to do). Kemajemukan pondok pesantren yang ditunjukkan oleh kekhususan motif dan sejarah berdirinya, ruh, sunnah/tradisi serta cara penyelenggaraan masing-masing pesantren tidak dapat begitu saja diverbalkan. Generalisasi disini hanya merupakan surah al-Tamim (generalisasi yang tergesa-gesa) yang menunjukkan kekurang arifan.[1] Ada hal-hal yang tidak dapat diungkapkan perihal pesantren. Bila dikatakan, maka nilai dan maknanya berubah dan menjadi lain. Itulah pesantren dengan karakteristiknya sendiri.


Pemesanan Buku Melalui Toko Resmi Kami di :



0 komentar: